Rabu, 26 Juni 2013

Sistem pernapasan dan sirkulasi




Sistem pernapasan dan sirkulasi

a.    Sistem pernapasan, fungsi :
Mengambil oksigen
Mengeluarkan CO2
Menghangatkan dan melembabkan udara ( hidung )
Susunan saluran napas :
Mulut/hidung
Faring
Larings
Trakea
Bronkus
Bronkiolus
Alveolus (tempat pertukaran O2 dan CO2 di paru-paru).
b.    Sistem sirkulasi, fungsi :
Alat angkut : O2, CO2, zat nutrisi, zat sampah.
Pertahanan tubuh terhadap penyakit dan racun
Mengedarkan panas ke seluruh tubuh
Membantu membekukan darah bila terjadi luka
Sistem sirkulasi, terdiri dari :
Jantung
Pembuluh darah ( arteri, vena, kapiler )
Darah dan komponennya ( sel darah merah, sel darah putih, keping darah, plasma )
Saluran limfe

Pengertian mati klinis dan mati biologis
Mati klinis :
Tidak ditemukan adanya pernapasan dan denyut nadi, bersifat reversibel, penderita punya kesempatan waktu 4-6 menit untuk dilakukan resusitasi tanpa kerusakan otak.
Mati biologis :
Biasanya terjadi dalam waktu 8-10 menit dari henti jantung, dimulai dengan kematian sel otak, bersifat irreversibel. ( kecuali berada di suhu yang ekstrim dingin, pernah dilaporkan melakukan resusitasi selama 1 jam/ lebih dan berhasil ).
Tanda-tanda pasti mati :
a.    Lebam mayat
b.    Kaku mayat
c.    Pembusukan
d.    Tanda lainnya : cedera mematikan.

4 komponen rantai survival
a.    Kecepatan dalam permintaan bantuan
b.    Resusitasi jantung paru ( RJP )
c.    Defibrilasi
d.    Pertolongan hidup lanjut

3 komponen Bantuan Hidup Dasar
a.    A (Airway Control) : penguasan jalan napas
b.    B (Breathing Support) : bantuan pernapasan
c.    C (Circulatory Suport) : bantuan sirkulasi (pijatan jantung luar) dan menghentikanperdarahan besar.

2 macam penyebab utama sumbatan jalan napas
Lidah ( pada orang dewasa yang tidak ada respon )
Benda asing ( pada bayi dan anak kecil )

2 macam cara membuka jalan napas
Teknik angkat dagu-tekan dahi (bila tidak ada trauma kepala,leher, tulang      belakang).
Perasat pendorongan rahang bawah (jaw thrust maneuver)
Cara memeriksa napas
Dengan cara LDR ( lihat, dengar, rasakan ) selama 3-5 detik.
2 teknik untuk membersihkan jalan napas
Menempatkan posisi pemulihan
Sapuan jari
Mengenali sumbatan jalan napas
Sumbatan parsial : penderita berupaya untuk bernapas, mungkin disertai bunyi napas tambahan seperti mengirik, mengorok, kumur, dll.
Sumbatan total : penderita sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan kesadaran
Cara mengatasi sumbatan jalan napas pada berbagai penderita
Sumbatan jalan napas  total dapat diatasi dengan Perasat Heimlich (Heimlich Manuveur), yaitu :
Hentakan perut : letak kompresi pada pertengahan antara pertemuan iga kanan/kiri dengan pusar.
Hentakan dada : letak kompresi pada pertengahan tulang dada

Prinsip dasar bantuan pernapasan
2 Teknik bantuan pernapasan :
Menggunakan mulut penolong :
mulut ke masker RJP
mulut ke APD
mulut ke mulut/ hidung
Menggunakan alat bantu : kantung masker berkatup (BVM/ Bag Valve Mask)
Bahaya bagi penolong dalam pemberian napas dari mulut ke mulut ;
penyebaran penyakit
kontaminasi bahan kimia
muntahan penderita
Frekwensi pemberian napas buatan untk masing-masing kelompok umur penderita.
Dewasa : 10-12 x pernapasan/ menit, masing-masing 1,5-2 detik
Anak(1-8 th) : 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Bayi (0-1 th) : lebih dari 20 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 x pernapasan/ menit, masing-masing 1-1,5 detik

Tanda pernapasan adekuat, kurang adekuat dan tidak bernapas
i.    Tanda pernapasan adekuat :
Dada dan perut naik turun sirama dengan pernapasan
Penderita tampak nyaman
Frekuensi cukup ( 12-20x/menit )
ii.    Tanda pernapasan kurang adekuat :
Gerakan dada kurang baik
Ada suara napas tambahan
Kerja oto bantu napas
Sianosis ( kulit kebiruan )
Frekuensi napas kurang/ berlebih
Perubahan status mental
iii.    Tanda tidak bernapas :
Tidak ada gerakan dada/ perut
Tidak terdengar aliran udara melalui mulut/ hidung
Tidak terasa hembusan napas dari mulut/ hidung.

Prinsip dasar Bantuan Sirkulasi
Bantuan sirkulasi dilakukan dengan pijatan jantung luar, kedalaman PJL :
Dewasa        : 4 – 5 cm
Anak dan bayi     : 3 – 4 cm
Bayi             : 1,5 – 2,5 cm

Prinsip Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Tindakan RJP merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B, dan C.
Sebelum melakukan RJP, penolong harus memastikan :
Tidak ada respon
Tidak ada napas
Tidak ada nadi
Alas RJP harus keras dan datar

a.    2 macam rasio pada RJP
i.    Dewasa dikenal 2 rasio :
Ø    2 penolong     : 15:2     (15 kali PJL, 2 kali tiupan) per siklus
Ø    1 penolong     :  5:1      (5 kali PJL, 1 kali tiupan) per silkus
ii.    Anak dan bayi hanya dikenal 1 rasio  : 5:1 ( 5 kali PJL, 1 kali tiupan ) per silkus
b.    Prinsip penekanan pada Pijatan Jantung Luar
Pijatan jantung luar bisa dilakukan karena jantung terletak diantara tulang dada dan tulang punggung.
Letak titik pijatan pada PJL :
i.    Dewasa : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 2 tangan.
ii.    Anak : 2 jari diatas pertemuan iga terbawah kanan/kiri, menggunakan 1 tangan.
iii.    Bayi : 1 jari dibawah garis imajiner antara kedua puting susu bayi, menggunakan 2 jari ( jari tengah dan jari manis )

c.    6 tanda RJP dilakukan dengan baik
Saat melakukan PJL, suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
Gerakan dada naik/turun dengan baik saat memberikan bantuan napas.
Reaksi pupil mata mungkin kembali normal
Warna kulit penderita berangsu-angsur kembali membaik
Mungkin ada reflek menelan dan bergerak
Nadi akan berdenyut kembali

d.    5 macam komplikasi yang dapat terjadi pada RJP
i.    Patah tulang dada/ iga
ii.    Bocornya paru-paru ( pneumothorak)
iii.    Perdarahan dalam paru-paru/ rongga dada ( hemothorak )
iv.    Luka dan memar pada paru-paru
v.    Robekan pada hati

e.    4 keadaan dimana tindakan RJP di hentikan
i.    penderita pulih kembali
ii.    penolong kelelahan
iii.    diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih
iv.    jika ada tanda pasti mati

f.    Kesalahan pada RJP dan akibatnya


KESALAHAN    AKIBAT     
Penderita tdk berbaring pd bidang keras    PJL kurang efektif     
Penderita tidak horisontal    Bila kepala lbh tinggi, darah yg ke otak berkurang     
Tekan dahi angkat dagu, kurang baik    Jalan napas terganggu     
Kebocoran saat melakukan napas buatan    Napas buatan tidak efektif     
Lubang hidung kurang tertutup rapat dan mulut penderita kurang terbuka saat pernapasan buatan    Napas buatan tidak efektif     
Tekanan terlalu dalam/ terlalu cepat    Patah tulang, luka dalam paru-paru     
Rasio PJL dan napas buatan tidak baik    Oksigenasi darah kurang  

0 komentar:

Posting Komentar