Selasa, 02 Juli 2013

SEJARAH KEPALANGMERAHAN



A. SEJARAH PALANG MERAH INTERNASIONAL

Pada 24 Juni 1859 terjadi pertempuran antara Prancis dan Austria yang berlangsung di Italia tepatnya di daerah Solverino. Pertempuran tersebut melibatkan 320.000 prajurit, dan 36.000 di antaranya menderita luka-luka bahkan kehilangan nyawa. Pada hari yang sama, seorang pemuda Swiss, Jean Henry Dunant, berada di Solverino dalam rangka menjumpai Kaisar Prancis, Napoleon III. Saat perjalanan menuju kediaman Kaisar, Henry Dunant dan rombongannya terhalang oleh pertempuran tersebut. Banyak prajurit terluka bergelimpangan, tak ada satu pun aksi pertolongan. Tergerak oleh pemandangan perang yang mengerikan, korban berjatuhan di mana-mana, maka dengan segera Henry Dunant beserta penduduk setempat membentuk rumah sakit lapang sederhana, mengumpulkan kain tinen pembalut luka, dan menyediakan obat-obatan. Ia pun membatalkan kunjungannya ke kediaman Kaisar, seusai perang ia segera kembali ke Swiss. Di Swiss, ia pun menuliskan pengalamannya dalam buku berjudul “Un Souvenir de Solverino” ( Memory of Solverino / Kenangan Solverino ). Buku yang menggambarkan betapa kejamnya peperangan dan pengalaman membantu korban tersebut menggemparkan Eropa. Secara garis besar, buku tersebut mengandung dua gagasan penting, yakni:
                1. Membentuk organisasi kemanusiaan Internasional yang disiapkan untuk menolong para prajurit, penduduk sipil, korban di medan perang.
                2. Mengadakan perjanjian Internasional untuk membentuk hukum melindungi prajurit yang terluka serta relawan organisasi yang tengah memberikan pertolongan di medan perang.


2
Pada 1863 Henry Dunant beserta empat warga Genewa merealisasikan gagasan tersebut. Mereka terkenal sebagai Komite Lima yang bertugas sebagai wadah relawan pemberi pertolongan pada peperangan. Kelima anggota tersebut adalah:
                1. Jean Henry Dunant
                2. Jendral Guallaume Henry Dufour
                3. Dr. Theodore Mounier
                4. Dr. Gustave Moynier
                5. Dr. Louis Appia

Komite tersebut meluas dan berkembang hingga saat ini terkenal sebagai ICRC ( International Committee of the Red Cross ). Dan ditetapkan pula tanggal 8 Mei 1863 sebagai Hari Palang Merah Internasional ( 8 Mei adalah tanggal lahir Henry Dunant ).

Beberapa Negara pun turut serta membentuk organisasi Palang Merah di bawah naungan ICRC. Namun tidak hanya lambang Palang Merah yang dipakai. Kerajaan Ottoman ( Turki ) mengusullkan bagi Negara-negara Islam memakai tanda Bulan Sabit Merah. Sementara Negara-negara lain yang enggan memakai lambing Bulan Sabit Merah atau Palang Merah diperbolehkan memakai lambang Kristal Merah. Hal ini dikarenakan dahulu, banyak Negara yang memakai lambang berbeda-beda, misal Persia ( Iran ) memakai Singa Merah. Jepang mamakai Matahari Merah. Namun saat ini hanya 3 lambang yang disetujui Internasional, yakni Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah. Untuk mengglobalkan organisasi pertolongan ini, Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah berada satu kesatuan di bawah naungan lembaga IFRC ( Internasional Federation of the Red Cross ). IFRC diprakarsai oleh Henry Davidson ( warga USA ) pada Konferensi Kesehatan Internasional Cannes, Prancis, 5 Mei 1919.


         
Lambang ICRC 

 
Lambang IFRC

Lambang Singa Merah yang        

Dulu dipakai Iran (Persia)
Pada tahun 1929 - 1980

Lambang Kristal Merah
         

                                    










         
                          
                                     


 








B. SEJARAH PALANG MERAH INDONESIA

Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, kegiatan Kepalangmerahan Indonesia masih dipegang oleh NERKAI ( Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie ), yakni Palang Merah Hindia-Belanda yang berdiri sejak 21 Oktober 1973. Sejak 1932, dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Djohan mengusulkan kepada Pemerintah Belanda agar Indonesia memiliki badan Palang Merah sendiri. Namun usulan tersebut ditolak dengan alasan rakyat Indonesia belum mampu mengatur badan Palang Merahnya sendiri. Pada 1940 usulan ini diajukan kembali, namun sekali lagi mendapat penolakan dari pemerintah Belanda. Pada masa-masa pendudukan Jepang, 1942-1945, dirintis kembali perjuangan membentuk badan Palang Merah sendiri, namun tetap belum terwujud dikarenakan pemerintah Jepang khususnya, dan masyarakat dunia tengah menghadapi dahsyatnya akhir Perang Dunia II. Barulah setelah merdeka usulan ini terwujud. Pada 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan Menteri Kesehatan, dr. Boentaran, untuk merealisasikan pembentukan Palang Merah Nasional. Dengan segera dr. Boentaran membentuk panitia persiapan pembentukan Palang Merah Nasional. Panitia yang tenar dengan sebutan Panitia Lima itu terdiri atas:
                1. Ketua    : dr. R. Mochtar
                2. Penulis  : dr. Bahder Djohan
                3. Anggota : dr. Djoehana
                4. Anggota : dr. Marzuki
                5. Anggota : dr. Sitanala

Dan akhirnya pada 17 September 1945 terbentuklah Palang Merah Indonesia bersamaan dengan dilantiknya pengurus PMI pertama oleh Wakil Presiden RI Moh. Hatta. Pengurus PMI pertama adalah sebagai berikut: Ketua : Drs. Moh. Hatta Wakil Ketua: dr. Boentaran Penulis : dr. Mochtar Bendahara : Mr. T. Saubari Penasihat : KH Raden Adrian Organisasi PMI diakui Indonesia sebagai satu-satunya badan Palang Merah Nasional dan disahkan melalui Keputusan Presiden No. 25 tahun 1950 tanggal 16 Januari 1950. Palang Merah Indonesia diakui oleh badan pusat ICRC ( International Committee of the Red Cross ) dengan surat No. 392 pada 15 Juni 1950. Palang Merah Indonesia pun akhirnya diakui oleh dunia dan diterima sebagai anggota Liga Palang Merah Internasional pada 16 Oktober 1950. Mars PMI mulai berkumandang sejak diciptakan oleh H.S. Muhtar pada 1967 di PMI Cabang Kudus, Jawa Tengah.



1




C. SEJARAH PALANG MERAH REMAJA


Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh terjadinya Perang Dunia I (1914 – 1918) pada waktu itu Australia sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan tenaga untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas – tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Remaja. Pada tahun 1919 didalam siding Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional diputuskan bahwa gerakan Palang Merah Remaja menjadi satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut diikuti oleh Negara-negara lain. Dan pada tahun 1960, dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja. Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia. Sebelumnya pada awal pendirian bernama Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR). 

0 komentar:

Posting Komentar